IBU
Ibu...
Kau Mengandung 9 bulan
Sampai engkau
melahirkanku
dengan susah payah
merawatku
sampai aku tumbuh besar
engkau juga
mearawat ku tanpa pamrih
dan engkau juga
merawatku dengan penuh
kasih sayang,
Ibu...
Kau mengajariku berjalan
Sampai aku bisa berjalan
engkau juga mengajariku berbicara
sampai aku bisa,
Ibu...
Kau Bagaikan malaikatku
dikala aku sedih engkau
selalu ada untuk menghiburku,
Ibu...
Aku juga merasa engkaulah pahlawanku
setiap aku kesusahan
engkau selalu ada untuk membantuku,
Bekerja keras untuk menafkaiku
Ibu...
terimakasih atas
pengorbananmu yang engkau
berikan kepadaku Ibu....
__________________________________________________________
Sang Waktu Pun Terbangun
Pengarang: Korrie Layun RampanKategori: Kehidupan, Korrie Layun Rampan
Sang waktu pun terbangun dengan 100 matahari
Dan kucuran darah dari nganga liang-liang luka
Ketika ludah-ludah dunia yang amis
Jatuh rimis pada wajah-wajah kita yang terbakar
Sang waktu pun terbangun dalam angin runcing
Dalam suara gaib lorong-lorong hampa dan bahana cahaya
Ketika kapal-kapal kita pun merapat di dermaga luka
Dari suatu petang entah di mana
Sang waktu pun terbangun dengan 1000 bianglala
Dan nanah-nanah darah Semesta
Karena 29 anak panah
Merobek rahim jantung lukanya
Sang waktu pun terbangun dalam erangan ombak-ombak dunia
Dalam bayang bulan hitam ketika mega jatuh senja
Sang waktu pun terbangun dalam rabu dan nyali kita
Ketika bahana terakhir menikam dinding-dinding sukma semesta
Ketika di meja sebuah kitab terbuka siap dengan daftar nama-nama
Semoga puisi ini dapat memberikan inspirasi. Baca juga puisi:
- See more at: http://www.kumpulan-puisi.com/poetry-detail.php?id=1424#sthash.dWuEwBKv.dpuf
Sang Waktu Pun Terbangun
Pengarang: Korrie Layun RampanKategori: Kehidupan, Korrie Layun Rampan
Sang waktu
pun terbangun dengan 100 matahari
Dan kucuran darah dari nganga liang-liang luka
Ketika ludah-ludah dunia yang amis
Jatuh rimis pada wajah-wajah kita yang terbakar
Dan kucuran darah dari nganga liang-liang luka
Ketika ludah-ludah dunia yang amis
Jatuh rimis pada wajah-wajah kita yang terbakar
Sang waktu
pun terbangun dalam angin runcing
Dalam suara gaib lorong-lorong hampa dan bahana cahaya
Ketika kapal-kapal kita pun merapat di dermaga luka
Dari suatu petang entah di mana
Dalam suara gaib lorong-lorong hampa dan bahana cahaya
Ketika kapal-kapal kita pun merapat di dermaga luka
Dari suatu petang entah di mana
Sang waktu
pun terbangun dengan 1000 bianglala
Dan nanah-nanah darah Semesta
Karena 29 anak panah
Merobek rahim jantung lukanya
Dan nanah-nanah darah Semesta
Karena 29 anak panah
Merobek rahim jantung lukanya
Sang waktu
pun terbangun dalam erangan ombak-ombak dunia
Dalam bayang bulan hitam ketika mega jatuh senja
Sang waktu pun terbangun dalam rabu dan nyali kita
Ketika bahana terakhir menikam dinding-dinding sukma semesta
Ketika di meja sebuah kitab terbuka siap dengan daftar nama-nama
Dalam bayang bulan hitam ketika mega jatuh senja
Sang waktu pun terbangun dalam rabu dan nyali kita
Ketika bahana terakhir menikam dinding-dinding sukma semesta
Ketika di meja sebuah kitab terbuka siap dengan daftar nama-nama
Semoga puisi
ini dapat memberikan inspirasi..
Ayah
Pengarang:
Huswa Hasan
Kategori:
Ibu, Ayah
Ingin
rasanya aku meneteskan air mata melihatmu..
Ketika engkau melangkah mencari rezeki..
Langkah demi langkah yang engkau hentakan perlahan semakin melambat akan usia yang sudah mulai senja..
Namun semangatmu seperti jam yang berputar kekanan..
Mengalahkan kondisi fisik yang tak lagi muda..
Ketika engkau melangkah mencari rezeki..
Langkah demi langkah yang engkau hentakan perlahan semakin melambat akan usia yang sudah mulai senja..
Namun semangatmu seperti jam yang berputar kekanan..
Mengalahkan kondisi fisik yang tak lagi muda..
Ayah..
Engkau pergi dengan senyuman..
Dan kembali dengan senyuman pula..
Aku bangga padamu ayah..
Ku harap aku sepertimu ayah..
Ketika aku bersama dengan keluarga kecilku nantinya..
Engkau pergi dengan senyuman..
Dan kembali dengan senyuman pula..
Aku bangga padamu ayah..
Ku harap aku sepertimu ayah..
Ketika aku bersama dengan keluarga kecilku nantinya..
Semoga puisi
ini dapat memberikan inspirasi.
Sang Waktu Pun Terbangun
Pengarang: Korrie Layun RampanKategori: Kehidupan, Korrie Layun Rampan
Sang waktu pun terbangun dengan 100 matahari
Dan kucuran darah dari nganga liang-liang luka
Ketika ludah-ludah dunia yang amis
Jatuh rimis pada wajah-wajah kita yang terbakar
Sang waktu pun terbangun dalam angin runcing
Dalam suara gaib lorong-lorong hampa dan bahana cahaya
Ketika kapal-kapal kita pun merapat di dermaga luka
Dari suatu petang entah di mana
Sang waktu pun terbangun dengan 1000 bianglala
Dan nanah-nanah darah Semesta
Karena 29 anak panah
Merobek rahim jantung lukanya
Sang waktu pun terbangun dalam erangan ombak-ombak dunia
Dalam bayang bulan hitam ketika mega jatuh senja
Sang waktu pun terbangun dalam rabu dan nyali kita
Ketika bahana terakhir menikam dinding-dinding sukma semesta
Ketika di meja sebuah kitab terbuka siap dengan daftar nama-nama
Semoga puisi ini dapat memberikan inspirasi. Baca juga puisi:
- See more at: http://www.kumpulan-puisi.com/poetry-detail.php?id=1424#sthash.dWuEwBKv.dpuf